Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (14/4) ditutup menguat 18 poin (0,199%) terhadap dolar AS menjadi 9.007/9.010, ketimbang posisi kemarin di level 9.025/9.035. Berdasarkan data Bloomberg pukul 17.00 WIB rupiah ditransaksikan menguat 18,5 poin (0,204%) menjadi 9.009 per dolar AS.
Zulfirman Basir, periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures mengatakan, penguatan rupiah hari ini dipicu koreksi dolar AS terhadap mata uang regional Asia. Karena itu, rupiah menguat ke level 9.007. “Bahkan, sepanjang perdagangan, rupiah menguat ke level 8.899,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (14/4).
Menurutnya, dolar AS tertekan oleh revaluasi dolar Singapura. Hal ini berbarengan dengan menipisnya transaksi di pasar Asia. Akibatnya, dolar AS sangat mudah melemah terhadap mata uang Asia, termasuk rupiah.
Penguatan rupiah tidak mampu menembus level psikologisnya di 9.000, karena belum ada berita domestik yang cukup signifikan mengangkat mata uang ini. Rupiah hanya digerakkan faktor eksternalnya,” Akibatnya pasar cenderung profit taking sebelum menyentuh level psikologis,” ujarnya.
Terbatasnya penguatan rupiah hari ini, juga dipicu sikap wait and see investor atas dimulainya musim laporan keuangan perusahaan publik secara global untuk kuartal pertama 2010. Laporan earning di AS baru dimulai pekan ini. Dua pekan ke depan, akan disusul Jepang. “China juga sudah mulai merilis laporan keuangannya,” imbuhnya.
Sementara itu, di AS pasar masih menunggu rilisnya data retail sales dan pidato Gubernur The Federal Reserve, Ben Bernanke. Pasar memiliki sedikit kekhawatiran akan adanya kenaikan suku bunga. “Karena itu, rupiah susah tembus 9.000 ke bawah,” ucapnya.
Selama ini, Ben berkomitmen untuk mempertahankan suku bunganya di level rendah 0-0,25%. Hanya saja, pasar melihat statemen The Fed terakhir, bank sentral AS itu memberikan sinyal untuk mengetatkan moneternya jika keadaan ekonomi terus membaik.
Indikator ekonomi AS dalam sebulan terakhir mulai membaik seperti sektor manufaktur, sektor tenaga kerja dan sektor jasa. Hanya sektor perumahana yang belum menunjukkan performa yang cemerlang.
Nilai tukar rupiah sore ini terpantau ditransaksikan pada level 8.386 terhadap dolar Australia, di angka 12.294 terhadap mata uang gabungan negara-negara Eropa (euro), dan di level 6.529 terhadap dolar Singapura. Sementara itu, mata uang kawasan mendominasi penguatan terhadap dolar AS.
Hanya empat mata uang yang melemah. Yen Jepang turun 0,37% menjadi 93.545, dolar Australia terkoreksi 0,26% ke level 0.931, rupee India tertekan 0,0001% ke angka 44.474, dan yuan China melandai 0,0044% terhadap dolar AS ke posisi 6.825. Selebihnya, mata uang kawasan menguat.
Dolar Hong Kong naik 0,001% menjadi 7.760, dolar New Zealand terangkat 0,43% ke level 0.710, dolar Singapura menggeliat 1,11% ke angka 1.377, dolar Taiwan terdongkrak 0,35% ke posisi 31.446, won Korsel menanjak 1,04% menjadi 1.112, peso Filipina merangkak naik 0,35% ke level 44.515, ringgit Malaysia merambat naik 0,66% ke angka 3.202, dan baht Thailand terapresiasi 0,29% ke posisi 32.259 per dolar AS. (Sumber : inilah.com)
Zulfirman Basir, periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures mengatakan, penguatan rupiah hari ini dipicu koreksi dolar AS terhadap mata uang regional Asia. Karena itu, rupiah menguat ke level 9.007. “Bahkan, sepanjang perdagangan, rupiah menguat ke level 8.899,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (14/4).
Menurutnya, dolar AS tertekan oleh revaluasi dolar Singapura. Hal ini berbarengan dengan menipisnya transaksi di pasar Asia. Akibatnya, dolar AS sangat mudah melemah terhadap mata uang Asia, termasuk rupiah.
Penguatan rupiah tidak mampu menembus level psikologisnya di 9.000, karena belum ada berita domestik yang cukup signifikan mengangkat mata uang ini. Rupiah hanya digerakkan faktor eksternalnya,” Akibatnya pasar cenderung profit taking sebelum menyentuh level psikologis,” ujarnya.
Terbatasnya penguatan rupiah hari ini, juga dipicu sikap wait and see investor atas dimulainya musim laporan keuangan perusahaan publik secara global untuk kuartal pertama 2010. Laporan earning di AS baru dimulai pekan ini. Dua pekan ke depan, akan disusul Jepang. “China juga sudah mulai merilis laporan keuangannya,” imbuhnya.
Sementara itu, di AS pasar masih menunggu rilisnya data retail sales dan pidato Gubernur The Federal Reserve, Ben Bernanke. Pasar memiliki sedikit kekhawatiran akan adanya kenaikan suku bunga. “Karena itu, rupiah susah tembus 9.000 ke bawah,” ucapnya.
Selama ini, Ben berkomitmen untuk mempertahankan suku bunganya di level rendah 0-0,25%. Hanya saja, pasar melihat statemen The Fed terakhir, bank sentral AS itu memberikan sinyal untuk mengetatkan moneternya jika keadaan ekonomi terus membaik.
Indikator ekonomi AS dalam sebulan terakhir mulai membaik seperti sektor manufaktur, sektor tenaga kerja dan sektor jasa. Hanya sektor perumahana yang belum menunjukkan performa yang cemerlang.
Nilai tukar rupiah sore ini terpantau ditransaksikan pada level 8.386 terhadap dolar Australia, di angka 12.294 terhadap mata uang gabungan negara-negara Eropa (euro), dan di level 6.529 terhadap dolar Singapura. Sementara itu, mata uang kawasan mendominasi penguatan terhadap dolar AS.
Hanya empat mata uang yang melemah. Yen Jepang turun 0,37% menjadi 93.545, dolar Australia terkoreksi 0,26% ke level 0.931, rupee India tertekan 0,0001% ke angka 44.474, dan yuan China melandai 0,0044% terhadap dolar AS ke posisi 6.825. Selebihnya, mata uang kawasan menguat.
Dolar Hong Kong naik 0,001% menjadi 7.760, dolar New Zealand terangkat 0,43% ke level 0.710, dolar Singapura menggeliat 1,11% ke angka 1.377, dolar Taiwan terdongkrak 0,35% ke posisi 31.446, won Korsel menanjak 1,04% menjadi 1.112, peso Filipina merangkak naik 0,35% ke level 44.515, ringgit Malaysia merambat naik 0,66% ke angka 3.202, dan baht Thailand terapresiasi 0,29% ke posisi 32.259 per dolar AS. (Sumber : inilah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar